Lebih Berbahagia Orang Yang Memberi Dari Menerima
Berbahagialah yang memberi Lebih Bahagia Memberi Daripada Menerima
Dlm Firman Tuhan mengatakan Lebih bahagia Memberi dari Menerima “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35) –
Di dalam KPR 20:35 – di dlm ayat ini mengatakan Kebahagian itu ada pd saat kita memberi dan bukan yg menerima..mengapa?
“Definisi bahagia adalah di mana kondisi emosi kita dengan karakter yang merasa senang, merasa penuh syukur, dan puas#
Menurut konsep dunia pasti lebih berbahagia menerima! – Tetapi Firman Tuhan mengatakan justru “lebih berbahagia memberi daripada menerima”. Mengapa? Bukankah kalimat itu terdengar kurang masuk akal? – Bagaimanapun, ketika kamu memberi, kamu mengurangi apa yang kamu miliki—entah itu berupa benda fisik, uang, atau tenaga.
Bukankah jauh lebih baik jika kita menerima daripada memberi? Siapa yang tidak suka menerima sesuatu seperti hadiah, perhatian, atau penerimaan?
Nas pembacaan kita ini, diungkapkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. – Selama kurang-lebih 3 tahun Paulus melayani di sana, Paulus melihat bahwa jemaat di Efesus memiliki kehidupan yang baik secara ekonomi, namun mereka kurang peduli dalam mendukung pelayanan pekerjaan Tuhan Memang untuk pelayanan Paulus sendiri di Efesus, ia bisa membiayai sendiri pelayanan itu. Tetapi itu bukan berarti bahwa jemaat Efesus tidak perlu mendukung pelayanan pekerjaan Tuhan. Karena ada banyak pelayanan pekerjaan Tuhan yang membutuhkan dukungan mereka.
Karena itu Paulus menasihati jemaat agar mereka jangan hanya hidup untuk diri mereka sendiri saja, tetapi mereka harus belajar memberi untuk pekerjaan Tuhan dan untuk sesama yang membutuhkan pertolongan. – Menurut Paulus di situlah justru letaknya kebahagiaan bagi orang percaya.
Jadi kebahagiaan orang percaya bukan diperoleh hanya dengan mengumpulkan dan menerima, serta hidup hanya untuk diri sendiri. Tetapi justru ketika jemaat memberi. – Ayat ini tidak boleh dimanipulasi atau dimanfaatkan untuk membuat jemaat merasa tertuduh untuk tidak memberi – tapi agar mengerti bahwa sebagai umat Tuhan harus memahami konsep kasih Allah dan melakukan pemberian dengan sukarela.
Inilah konsep yang ditawarkan firman Allah agar kita berbahagia pada waktu kita memberi. Allah dalam kekayaan-Nya telah memberikan kepadaku segala sesuatu untuk aku nikmati (1 Timotius 6:17), aku dapat “memberi dengan sukacita” dan menyenangkan hati Tuhan (2 Korintus 9:7).
Berikut adalah beberapa hal yang aku pelajari ketika aku memilih untuk memberi.
- Ketika semua orang memberi, semua orang menerima – Ini adalah logik yg sederhana. – Jika semua orang mau menerima tapi tidak mau memberi, siapa yang akan memberi kepada mereka? – Namun jika semua orang memilih untuk memberi satu sama lain, semua orang akan menerima. – Bukankah itu adalah solusi yang terbaik?
- Memberi menolong kita untuk belajar merasa cukup – “Apakah aku benar-benar memerlukan uang ini?” – Itu adalah pertanyaan yang sering aku tanyakan kepada diriku setiap kali aku merasa sulit untuk memberi. – di dlm 1.Tim 6:6 “ibadah, yang disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” – kita perlu mematikan keinginan kita supaya belajar merasa sentiasa ada kecukupan
- Memberi membuat kita percaya pemeliharaan Tuhan – Setiap kali aku takut bahwa aku akan kekurangan setelah aku memberi, Tuhan akan datang memeliharaku dengan cara-Nya yang indah di waktu yang tepat. – Cara dan waktu Tuhan bekerja mungkin tidak selalu persis seperti yang aku harapkan, namun aku telah melihat kesetiaan-Nya dalam memeliharaku lagi dan lagi.
Aku merasakan apa yang Tuhan janjikan dalam Maleakhi 3:10, “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”
Bapaku di surga adalah TUHAN yang memelihara (Jehovah-Jireh); Dia tahu apa yang aku butuhkan, dan Dia setia dalam menyediakan bagiku apa yang aku butuhkan. – Jadi, aku dapat “[mencari] dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” dan percaya bahwa “semuanya itu akan ditambahkan [kepadaku]” (Matius 6:8,32-33). 4.
Memberi membuat kita lebih mengenal Tuhan Aku percaya Tuhan memanggil kita untuk memberi karena memberi membuat kita lebih mengenal Dia. Allah Bapa memberikan Anak-Nya bagi kita (Yohanes 3:16); Dia memberikan kita kepada Yesus (Yohanes 6:37); dan Dia memberikan Roh Kudus bagi kita (Lukas 11:13; Yohanes 14:26). Allah Anak memberikan kita pengenalan akan Allah Bapa (Yohanes 14:6-9; Matius 11:27) dan Dia memberikan pendamaian dan jalan masuk bagi kita kepada Bapa (Efesus 2:13-18). Roh Kudus memberikan peringatan akan semua yang telah Yesus katakan kepada kita (Yohanes 14:26), memberitakan kepada kita apa yang diterimanya dari pada-Nya (Yohanes 16:14); dan Dia memberikan kepada kita berbagai karunia rohani untuk berbagai macam pelayanan bagi Tuhan (1 Korintus 12:4-11).
Ketika kita memberi, itu menolong kita untuk mengenal hati Tuhan lebih dalam, sama seperti ketika kita mengikuti aktivitas yang disukai oleh orang yang kita kasihi akan membuat kita lebih mengenal tentang dia. Firman Tuhan juga mengatakan kepada kita bahwa kerinduan utama yang perlu kita miliki dalam hidup ini adalah untuk memahami dan mengenal Tuhan (Yeremia 9:23-24), dan untuk mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kita menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Filipi 3:10). 5.
Memberi adalah anugerah Tuhan Pernahkah kamu menyembah Tuhan dalam pujian dengan penghayatan dan keyakinan bahwa inilah alasan mengapa kamu diciptakan—untuk memuji Dia? Aku pernah. Dalam momen-momen tersebut, aku merasa seperti telah memenuhi tujuan hidupku dan dipenuhi oleh rasa syukur yang berlimpah kepada Tuhan karena Dia telah menciptakanku sehingga aku dapat menikmati karunia indah yang diberikan-Nya ini yang memampukanku untuk menyembah Dia dengan sukacita.
Bayangkan jika kamu begitu dikasihi oleh seseorang namun kamu tidak dapat membalas kebaikannya. Betapa menyedihkan! Jika kita menerima kasih dan kebaikan seseorang, tentunya kita ingin mampu membalas kasih dan kebaikan yang begitu besar yang telah diberikannya kepada kita. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena Dia menciptakan diriku dengan kemampuan untuk memberi balik sebagian kecil dari anugerah yang begitu besar yang telah Dia berikan kepadaku, dengan berbagai cara—entah dengan puji-pujian atau dengan memberikan waktu, uang, perhatian, atau tenagaku.
Aku akhirnya mengerti bahwa memberi tidak hanya memuliakan Tuhan, tapi juga merupakan anugerah Tuhan bagi kita. Tuhan tidak memerlukan kita untuk memberi kepada-Nya, tapi kita mengalami sukacita ketika kita memberi kepada-Nya—dan itu menyenangkan-Nya ketika kita memberi kepada-Nya sebagai ungkapan syukur kita atas anugerah-Nya. Itu seperti sukacita yang kita rasakan ketika kita dapat memberi balik kepada orangtua kita atas segala hal yang telah mereka berikan kepada kita—meskipun mereka tidak mengharuskan kita untuk memberi balik kepada mereka.